Tuesday 21 February 2012

INTELEGENSI

    A.    PENGERTIAN INTELEGENSI
    Ada bermacam-macam definisi dari para ahli mengenai intelegensi. Berikut adalah definsi-definisinya :
·         William Stern
Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
·         V.Hees
Intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
·         K.Buhler
Intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
·         David Wechsler
Intelegensi adalah kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
·         Hurlock
Intelegensi adalah kemampuan untuk menangkap sifat, arti atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.
·         Terman
Intelegensi adalah suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
·         Binet
Intelegensi adalah mencakup 4 hal mengenai pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
·         Super dan Cites
Intelegensi adalah sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks untuk ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
·         Garrett
Intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
·         Bischor
Intelegensi adalah kemampuan untuk kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.
·         Haidentich
Intelegensi adalah segala sesuatu yang menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.
·         Jean Piaget
Intelegensi diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
·         Bobbi Deporter dan Mike
Intelegensi adalah semua kecerdasanyang tinggi termasuk intuisi ada dalam otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik.
·         Munandar V.
Intelegensi adalah segala aspek yang meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan serta integritas intelektual secara umum.
·         Semiawan C.
Intelegensi adalah kemampuan menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal.
·         Sukardi
Intelegensi adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi, yaitu :
·         Faktor Bawaan
merupakan faktor utama dan faktor terpenting dalam menentukan intelegensi. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

·         Faktor kematangan
menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi faktor internal. Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

·         Faktor Pembentukan
yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor lingkungan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

·         Faktor  Minat dan Pembawaan Minat yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
·         Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dijelaskan lebih lanjut semua faktor tersebut bersangkut paut satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi seorang anak tidak dapat hanya berpedoman pada salah satu faktor tersebut diatas karena intelegensi merupakan hal yang menyeluruh. Keseluruhan pribadi dan lingkungannya ikut menentukan perbuatan seseorang.

   B.  TEORI-TEORI INTELEGENSI
1. Teori Daya (Faculty Theories)
Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh Thorndike. Menurut Thorndike bahwa dalam otak manusia terdapat daya-daya jiwa khusus. Teori ini menyebutkan bahwa “intelegensi adalah integresi daya-daya jiwa yang khusus “. Oleh karena itu, pengukuran integensi dilakukan dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus, misalnya : daya mengamati, daya memproduksi, daya berpikir, daya ingatan, daya fantasi, deskriminasi  dan daya penalaran. Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang tertua. Masing-­masing daya pada jiwa manusia terpisah antara satu dengan yang lainnya. Daya-­daya tersebut dapat dilatih dengan materi yang sulit. Berdasarkan teori ini maka timbullah teori disiplin mental dalam bidang pendidikan.
2. Teori Pragmatis
Teori ini dikemukakan oleh Boring. Ia mengatakan bahwa “Intelegensi adalah hal yang diuji oleh tes intelegensi”.
3. Teori Faktor
a.      Two factor theories
Teori ini dikembangkan oleh Sperman, dengan menyelidiki dan mencari sifat hakekat inteligensi mempergunakan teknik analisis faktor, yang mengatakan bahwa kecakapan intelektual  mnusia dimungkinkan karena adanya dua faktor yaitu :
·         Faktor  “G” ( faktor general )
Terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu.
Karakteristik :
a. Kemampuan umum yang dibawa sejak lahir
b. Bersifat konstan
c. Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu
d. Jumlah faktor G tiap individu berbeda
e. Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang maka makin besar kemungkinan kesuksesan hidupnya.
·          Faktor “S” (Special Factor)
merupakan faktor yang bersifat khusus yaitu mengenai bidang-bidang tertentu.
Karakteristik :
a. Dipelajari dan di peroleh dari lingkungan
b. Bervariasi dari kegiatan yang satu dengan lainnya dari individu yang sama
c. Jumlah muatan S pada tiap-tiap individu berbeda
Faktor “g” dan “s” tersebut, bekerja sama menjadi satu kesatuan. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum (faktor “g”) maupun kemampuan khusus ( faktor “s”), yang memberi sumbangan pada setiap tingkah laku yang inteligen. Pada tingkah laku yang berbeda berfungsi faktor  “g” yang ditambah faktor “s” yang khusus untuk tingkah laku yang bersangkutan.
Ternyata, faktor “g” berkaitan dengan herediter, sedangkan faktor “s” dopengaruhi oleh lingkungan (pengalaman dan pendidikan ).
b.      Multiple factor theories
Teori ini dekembangkan oleh Thorndike, yang menyatakn bahwa “ Inteligensi ada pertalian aktual potensial yang khusus antara stimulus dan respons”.
Ada 4 atribut inteligensi, yaitu : tingkatan, rentang, daerah, dan kecepatan.
Multiple Intelligences
Teori tentang multiple intelligences ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general ”g” intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental yang  timbul selama aktifitas intelektual dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard tersebut tidak terlalu terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.
Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.
Kecerdasan menurut nya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Teori Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang berbeda :
1. Studi terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke, yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran spasial dan bahasa.
2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.
3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.
4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif
5. Penemuan-penemuan psikometris.
6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.
7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.
8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.
Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Multiple intelligences menurut Gardner, meliputi :
Kecerdasan spasial
Kecerdasan merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
Kecerdasan bahasa
Kecerdasan merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
Kecerdasan logis matematis.
Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.
Kecerdasan jasmani kinestetik.
Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
Kecerdasan musikal.
Kememungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
Kecerdasan interpersonal,
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
Kecerdasan intrapersonal,
Kecerdasan intrapersonal tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.
c.       Primary Mental Ability Theory
Teori ini dikembangkan oleh Thurson, yang mengatakan bahwa “ inteligensi tidak terdiri dari dua faktor maupun multi faktor, tetapi terdiri dari sejumlah kecakapan-kecakapan mental yang primer. Faktor primer dari inteligensi yaitu kemampuan:
·      Berbahasa (verbal comprehension).
·      Mengingat (Memory)
·      Berpikir Logis (Reasoning)
·      Pemahaman Ruang (Spatial Faboo
·      Bilangan (Numerical Ability)
·      Menggunakan kata-kata (Worecl Fluency)
·      Mengamati dengan cepat dan cermat (Perceptual Speed)
d.      Teori  Struktur Intelek ( structure of intelect model )
Teori ini dikembangkan oleh Guiford, yang mengatakan bahwa “ Inteligensi memiliki tiga dimensi, yng masing-masing terdiri dari kecakapan intelek, yaitu: operasi, isi dan produk.
a)      Dimensi isi atau materikegiatan intelektual ( figural, simbolik, semantik, dan behavioral).
b)      Dimensi operasi atu tindakan ( kognitif, memori, berfikir divargen, berpikir konvergen, dan evaluasi).
c)      Dimensi produk ( satuan, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi).

e.       Teori Hierarkis
Teori ini dikembangkan oleh Vernon, yang memandukan faktor umum “g” dan faktor spesifik “s” dan faktor “c” yang terletak antara faktor “g” dan “s”. Vernon berusaha menggambarkan skema orgnisasi faktor-faktor kecakapan intelek dan memberi gambaran secara hierarkis hubungan antara faktor intelek yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.

    C.    PROSES BERKEMBANGNYA INTELIGENSI
Jean Piaget merupakan salah satu orang yang menyumbangkan tenaganya dalam menguraikan psikologi perkembangan. Melalui teori-teori psikologi perkembangan, Jean Piaget memberikan pembahasan perkembangan tidak lepas dari perkembangan intelegensi. Menurutnya, perkembangan pengetahuan ialah terutama perkembangan intelegensi.

Kemampuan intelegensi ada hubungannya dengan ketiga fungsi rasio, yang berdasarkan ajaran Aristoteles (384-322 M) dibedakan dalam filsafat skolastik, yakni pemahaman, putusan, dan pemikiran. Dapat dikatakan, bahwa intelegensi dalam artinya menurut Jean Piaget ada hubungannya dengan fungsi-fungsi pengetahuan.

Intelegensi tidak akan dapat didefinisikan lepas dari perkembangannya, karena intelegensi itu meliputi proses mencari adaptasi yang seimbang. Proses adaptasi mencari suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Tetapi harus disambungkan juga, bahwa keseimbangan tersebut harus distrukturasikan, atau lebih sederhana, atau secara lebih kompleks dan berfariasi, atau malah secara bertingkat-tingkat.

Proses adaptasi di sini harus dilihat dari pihak organisme dan pihak alam sekitar, yang kedua-duanya berperan dalam proses adaptasi tersebut. Melalui asimilasi dan akomidasi mkhluk-makhluk hidup mencari adaptasi yang betul-betul selaras dan seimbang. Tetapi menurut Jean Piaget itu lebih tepat berarti, bahwa adaptasi yang hanya mungkin melalui asimilasi dan akomodasi, terus-menerus mencari suatu keseimbangan antara keduanya dan dengan demikian antara organisme hidup dan alam sekitarnya.

Selanjutnya, Intelegensi hanya dapat diketahui dengan mengikuti seluruh perkembangan hidup pengetahuan sejak lahir sampai tercapainya keseimbangan (equilibrium) yang dewasa. Hanya dengan demikian akan dapat dilihat, bagaimana keseimbangan itu dicapai selangkah demi selangkah melalui tahap-tahapan.

Berikut merupakan tahapan perkembangan intelegensi menurut jean Piaget :

Tahap pertama (1 bulan) refleks-refleks bertambah-tambah dimantapkan dan didiferensiasi.

Tahap yang kedua (1-4 bulan) reaksi-reaksi melingkar yang primer mulai nampak serta dikembangkan menjadi usahausaha untuk memepertahankan gejala-gejala baru yang dihayati serta terasa berguna dan kebiasaan-kebiasaan motoris yang pertama.

Tahap yang ketiga (4-8 bulan) reaksi-reaksi melingkar yang sekunder muncul dan usaha-usaha untuk mempertahankan gejala-gejala yang menarik untuk dilihat, didengar, diraba, dan lain-lain.

Tahap yang keempat (8-12 bulan) si anak mulai menyingkirkan obyek-obyek penghalang, menentukan hubungan sarana-sarana dan memeriksa obyek-obyek dan gejala-gejala baru, untuk mengerti, bagaimana obyek atau gejala itu membiarkan dirinya diperlakukan.

Tahap yang kelima (12-18 bulan) melalui reaksi-reaksi melingkar yang tersier pertama-tama dikembangkanlah apa yang disebut percobaan-percobaan untuk melihat gejala mana akan timbul dan bagaimana, lalu usaha-usaha untuk menemukan sarana-sarana baru melalui percobaan yang diadakan secara aktif, yang akhirnya mengembangkan jenis kelakuan yang betul-betul diberi petunjuk memakai suatu alat. Pada tahap ini, si anak mencapai puncak perkembangan intelegensi sensori-motor.

Tahap yang keenam (18 bulan - 2 tahun) si anak mulai mempergunakan penghadiran batiniah dan proses simbolisasi, yang menaikkannya kepada tingkatan intelegensi representatif. Atas tingkatan intelegensi represntatif perkembangan strukturasi intelegensi diterangkan oleh diadakannya proses abstraksi, yakni atau proses abstraksi sederhana atau aristotelian, atau proses abstraksi refleksif. Proses abstraksi sederhana atau aristotelian berarti bahwa perbuatan-perbuatan kognitif subyek diarahkan kepada sifat-sifat obyek yang dipelajari dan informasi yang diperoleh digali dari obyek sebagai sumbernya. Proses abstraksi refleksif berarti, bahwa perbuatan-perbuatan kognitif itu sendiri adalah yang diperhatikan dan melalui interiorisasi, koordinasi, generalisasi dan integrasi diolah menjadi operasi-operasi yang terstrukturasi oleh pengemudian diri dari dalam. Baru pengertian formal, yakni pengertian dan pengolahan logis-matematis yang dihasilkan oleh abstraksi reflekif tersebut nantinya akan merealisasikan secara menyeluruh sifat-sifat intelegensi.

Tahap yang ketujuh (2-4 tahun) pada tahap pra operasional si anak pertama-tama melalui tahap pemikiran simbolis dan prakonseptual. Jenis kelakuan disini yang ditemukan ialah peniruan tertunda, permainan simbolis dan menggambar. Perlu diperhatikan, bahwa anak mulai belajar berbahasa.

Tahap yang kedelapan (4-7 tahun) si anak sampai kepada pemikiran intuitif. Meskipun reaksi anak masih amat terikat kepada pengamatan inderawi yang aktual, namun pemikiran mereka mulai terarah kepada pemikiran logis tertentu meski masih sederhana. Selanjutnya si anak juga sudah berada pada tahap pemikiran operasional.

Tahap kesembilan (7-11 tahun) si anak berada pada tingkatan intelegensi operasional dalam suatu tahap yang pertama operasi-operasi yang masih konkret dikembangkan, yaitu operasi-operasi yang masih diadakan dalampenerapan langsung kepada obyek-obyek konkret. Baru pada tahap perkembangan yang terakhir (11-15 tahun) operasi-operasi menjadi betul-betul formal dalam arti yang murni.




     D.    KLASIFIKASI INTELEGENSI

Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi inteligensi (IQ) manusia dalam rentangan skala yang dimulai dari 0 (nol) sampai dengan 200, di mana bilangan 100 merupakan titik tengah dinyatakan untuk kelompok average (rata-rata). Menurutnya kalau semua orang di dunia diukur inteIigensinya, maka akan terdapat orang-orang yang sangat pandai sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat bodoh. Bila test inteligensi yang telah dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat (populasi) termasuk antara IQ 90 - 100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85 dan 115. Diperkirakan ada sekitar 95 % mempunyai IQ antara 130 dan 70.

Perhatikan tabel berikut ini :
Diatas 140
 Genius 
130 – 140
Sangat Superior (Gifted)
120 – 130
Superior (Rapid Learniing)
110 – 120
Cerdas ( diatas rata-rata)
90 – 110
Normal (Average)
80 – 90
Dull Normal (kurang Cerdas)
70 – 80
Borderline (Slow Learning)
50 – 70
Debil (Educable)
25 – 50
Imbisil (Trainable)
Di bawah 25
Idiot (Dependent)

Berdasarkan Klasifikasi inteligensi di atas tadi kita dapat mengetahui inteligensi (IQ) seseorang dengan melalui tes, yang disebut dengan tes inteligensi. Tes inteligensi ini banyak jenisnya yang dikembangkan oleh para ahli psikologi. Di antaranya :
Wechsler mengembangkan tes inteligensi individual seperti.
·      Wechsler Bellevue Intelligence Scale (WIBS)
·      Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC)
·      Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
·      Wechsler Preschool And Primary Scale Of Intelligence (WPPSI)
Rumus untuk menentukan inteligensi (kecerdasan) seseorang sebagai berikut.
Keterangan :
IQ (Intelligence Quotien)         = Inteligensi (kecerdasan)
MA (Mental Age)                     = Umur mental
CA (Cranological Age)                        = Umur kalender
100                                          = Bilangan tetap

MA diperoleh dari skor tes inteligensi.
CA ditentukan berdasarkan bulan dan tahun individu seseorang itu dilahirkan. Tes inteligensi ini biasanya dilakukan oleh para ahli spikologi yang disebut dengan psikolog atau oleh konselor yaitu guru yang bertugas disekolah-sekolah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada murid-murid atau siswa.
Seandainya kita sebagai guru menghadapi murid yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya yang sangat berat dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya, lalu kita ingin mengetahui penyebab kesulitan yang dialaminya itu apakah faktor intern atau ekstern, faktor intern kemungkinan disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, lalu jauh atau tidak ada psikolog (konselor) kita sebagai guru bisa me lakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan murid kita dengan cara yang sederhana yang menggunakan rumus seperti X 100, hanya untuk menentukan usia mental atau MA dilakukan dengan cara sederhana yang berpedoman pada pembelajaran yang disusun berdasarkan rencana pembelajaran bagi tiap-tiap tingkat umur normal atas dasar pembelajaran tingkat kelas itu sebagai berikut. Untuk umur 7 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas I
Untuk umur 8 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 2
Untuk umur 9 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 3
Untuk umur 10 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 4
Untuk umur 11 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 5
Untuk umur 12 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 6

Dengan pedoman kasar ini telah dapat memulai dengan pekerjaan kita untuk menetapkan anak mana yang tergolong anak kesulitan belajar, yang perlu mendapat pendidikan setara individual (perorangan). Satu-satunya usaha kita untuk menolong anak yang kurang maju atau anak kesulitan belajar itu ialah dengan melaksanakan penyajian bahan pelajaran setara individual. Sistim individual itu dapat menolong anak, karena merupakan suatu bimbingan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan kemampuan tiap anak.
Untuk mendapatkan gambaran apakah seseorang anak dapat digolongkan kedalam golongan anak kesulitan belajar, sasaran kita adalah sebagai berikut :
·         Kita terimalah, bahwa rencana pelajaran SD itu adalah rencana pelajaran yang telah diusahakan disusun, telah disesuaikan dengan perkembangan kemampuan anak normal. Anak normal dengan (rata-rata) umur 7 tahun  telah dianggap matang untuk menerima pelajaran pada kelas permulaan (kelas satu) SD. Hal itu telah dibuktikan oleh penialain naik kelas, bahwa anak normal (rata-rata) umur 7 tahun dalam perkembangannya selama satu tahun benar-benar menunjukkan dapat menguasai pelajaran kelasa satu samapi akhir pelajaran.
·         Anak yang dapat mengikuti rencana pelajaran adalah anak yang termasuk klasifikasi anak normal, yang dianggap memiliki kemampuan atau kepandaian lebih kurang 100% menurut rumus 8/8 X 100 dengan menunjukkan IQ 100. Angka 8 atas menunjukkan umur kecerdasan, bahwa anak selama satu tahun dapat menguasai palajaran kelas satu sesuai dengan rencana pelajaran. Angka 8 bawah menunjukkan umur kalender anak itu setelah satu tahun mengikuti pelajaran kelas satu.
·         Anak yang tidak naik kelas kita anggap untuk sementara anak yang mempunyai perkembangan kemampuan dibawah normal, yang dianggap  sementara, sebab belum kita uji benar-benar kecerdasannya. Ada kemungkinan anak tidak dapat mengikuti pelajaran iti, karena ada hal-hal atau pengaruh lain, padahal inteligensinya normal. Misalnya anak itu tidak pernah belajar dirumah, karena tidak ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua/ keluarganya, sehinggan waktunya itu dipergunakan untuk bermain-main saja.
·         Setelah kita uji dengan pertanyaan-pertanyaan dan percobaan-percobaan yang memerlukan kecerdasan, maka barulah kita dapat menentukkan normal tidaknya anak itu. Dalam memberikan pengujian (tes) hendaknya diusahakan situasi yang wajar, situasi yang akrab antara penguji dengan anak peserta tes. Begittu pula kesehatan anak harus berada dalam kondisi yang baik.
·         Bagi anak umur 8 tahun (umur setelah setahun di sekolah) yang tidak naik kelas( kelas satu) belum dapat kita buat perumusan 7/8 X 100, sebab belum tentu anak itu memiliki perkembangan umur kecerdasan anak usia 7 tahun. Barangkali umur kecerdasan dibawah umur 7 tahun.

Misalnya anak yang telah dapat menghitung samapai 20 serta dapat menjawab 3+2=5, yang merupakan hafalan saja, belum tentu dapat menjawab pertanyaan kecerdasan 3+…=5 ; …+2=5 ; …+…=5 , dsb. Maka untuk menetapkannya perlu dites dahulu terutama kecerdasannya. Selain dengan berhitung, dapat pula tes itu dilakukan dengan bahasa, seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan :
Untuk apa mata,
Untuk apa telinga,
Untuk apa mulut, tangan, kaki dsb.

Dapat juga kita suruh anak itu membedakan benda-benda mana yang lebih tinggi, lebih besar, lebih banyak dsb. Juga dengan menyatukan kembali gambar-gambar yang telah dipotong-potong menjadi beberapa bagian.

Disamping itu dapat pula diperhatikan kecakapan lainnya dan tingkah lakunya. Walaupun agak sukar untuk menentukannya, dapat juga kita membandingkan anak itu dengan anak normal pada umur tertentu. Misalnya anak yang berumur 10 tahun dapat kita bedakan tingkah lakunya dengan anak yang berumur 7 tahun, yang kedua­duanya termasuk anak normal.
·         Anak umur 10 tahun dengan melalui tes menunjukkan perkembangan umur kecerdasan 8 tahun, maka dengan perumusan 8 / 10 X 100 = I. Q. 80 anak tersebut telah termasuk kedalam klasifikasi anak kesulitan belajar kelompok debil (!that klasifikasi menurut Binet Simon ).
·         Anak yang telah berumur 14 tahun setelah melalui tes menunjukkan umur kecerdasan 7 tahun; maka perumusannya 7 / 14 X 100 = I. Q. 50, yang menunjukkan anak tersebut termasuk klasifikasi kelompok imbesil.
Dengan demikian kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu atau seseorang berbeda­beda tingkatannya, seperti yang tercantum dalam klasifikasi inteligensi di atas tadi. Setiap tingkatan inteligensi yang dimiliki individu itu menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri berbeda-beda, contohnya :
1). Tingkat inteligensi di atas 120 yang disebut anak cerdas dan berbakat, ciri-cirinya sebagai berikut:
v  Membaca pada usia lebih muda
v  Membaca lebih cepat dan lebih banyak
v  Memiliki perbendaharaan kata yang I uas
v  Mempunyai rasa ingin tabu yang kuap
v  Mempunyai minat yang I uas, juga terhadap masalah "dewasa"
v  Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
v  Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
v  Memberi jawaban-jawaban yang baik
v  Dapat memberikan banyak gagasan
v Luwes dalam berfikir
v  Terbuka terhadap stimulasi dari lingkungan
v  Mempunyai pengamatan yang tajam
v  Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
v  Berfikir kritis, juga terhadap diri sendiri
v  Senang mencoba hal — hal baru
v  Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintesis yang tinggi.
v Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
v Cepat menangkap hubungan sebab akibat
v  Berperilaku terarah kepada tujuan
v  Mempunyai daya imajinasi yang kuat
v  Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
v  Mempunyai daya ingat yang kuat
v  Tidak cepat puas dengan prestasinya
v  Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
v  Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
2). Tingkat Inteligensi dibawah rata-rata seperti yang disebut dengan Slow Leaner dan terbelakang mental. Ciri-ciri slow learner dan tingkat kecerdasannya atau IQ nya antara 80 – 90 lambat merespon stimulus dari lingkungan dalam berbagai aspek, beraktivitas dalam berbagai kegiatan juga lambat. Sedangkan tingkat inteligensi di bawah 80 digolongkan kepada keterbelakangan mental atau disebut dengan tuna grahita.
Tuna grahita terdiri dari 3 jenis, yaitu :
(a)    Tuna grahita ringan atau debil dengan ciri-ciri fisik tidak ada perbedaan dengan anak normal, masih bisa dididik sampai pelajaran kelas 5 s/d kelas 6 sekolah dasar. Bisa bergaul dengan anak-anak lainnya, mampu berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam pembelajarannya cenderung secara individu.
(b)   Tuna grahita sedang yang disebut dengan imbisil dengan ciri-ciri : kemampuan untuk dilatih khususnya dilatih keterampilan yang sangat sederhana atau keterampilan merawat dirinya sendiri susah harus selalu diingatkan. Keadaan fisiknya berbeda dengan keadaan fisik anak normal, terutama keadaan wajahnya, semua anak imbisil wajahnya seperti mirip yang disebut kembar dunia. Penyesuaian diri dengan situasi sederhana, komunikasi dengan bahasa yang sangat sederhana.
(c)    Tuna grahita berat atau idiot disebut juga dengan istialah anak tak mampu rawat. Anak idiot mempunyai inteligensi yang sangat rendah. Anak idiot mempunyai limit perkembangan mental tidak lebih dari anak umur 3 tahun. Walaupun anak idiot itu dimasukkan kedalam klasifikasi kesulitan belajar, sebenarnya golongan ini tidak mungkin dilibatkan dalam suatu tes inteligensi. Hanya untuk kepentingan administratif lah kategori ini diadakan. Dilihat dari sudut inteligensi, anak idiot menunjukkan tidak mempunyai kemampuan untuk menerima kesan-kesan, pelajaran atau latihan-latihan bagaimanapun juga sederhananya. Mereka mempunyai kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.  Mereka tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Bahasa yang demikian penting dalam berkomunikasi pun tidak mampu mereka kuasai. Mereka hanya dapat mengucapkan suara-suara yang tidak jelas artikulasinya. Adapaun pada anak idiot ringan mereka mampu membunyikan beberapa suku kata atau kata sederhana sekali tetapi kurang jelas, maka hal itu tidak mungkin menjadi sebuah kalimat walaupun sangat sederhana. Jika ada anak idiot yang tidak mampu mengucapkan kata sederhana seolah dia bisu, bukan berarti alat suara anak itu rusak ,melainkan kemampuan berbicaranya yang tidak ada.

Anak idiot selalu menggantungkan hidupnya kepada lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu mereka sangat memerlukan perawatan dan pengawasan untuk selama hidupnya.Anak itu tidak akan mampu memelihara atau menolong dirinya sendiri. Begitu pula untuk mempertahankan atau mengelakkan dirinya dari bahaya yang mungkin akan menimpanya, mereka tidak akan mampu berbuat apa-apa. Tanpa adanya perawatan dan pengawasan mereka tidak mungkin dapat hidup lebih lama. Mandi harus dimandikan, mengenakan baju harus selalu ditolongdan makanpun harus dibantu. Pertolongan ini diperlukan sampai ia menjadi tua.

Walaupun kita ketahui, bahwa kemampuan belajar anak idiot itu sangat terbatas, namun sebagai pendidik yang memiliki rasa tanggung jawab kita berusaha agar anak itu minimal dapat mencapai kepandaian yang dibutuhkan untuk hidupnya.

Ketekunan, kesabaran yang disertai kasih sayang untuk melatih anak itu sampai akhir hayatnya, merupakan syarat yang harus ada pada pendidik yang akan menghadapi anak-anak jenis ini.
Andaikata usaha kita itu berakhir dengan tidak memberi hasil sedikitpun, hendaknya kita tetap merasa puas, karena kita telah berusaha sesuia denga tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada pundak kita sebagai pendidik. Mereka tidak dapat mencapai kecakapan yang sederhana itu, bukanlah berarti kita Ialai atau kurang berusaha untuk membimbingnya, melainkan batas kemampuan mereka memang hanya terbatas sampai disitu.