A.
PENGERTIAN
INTELEGENSI
Ada bermacam-macam definisi dari
para ahli mengenai intelegensi. Berikut adalah definsi-definisinya :
·
William
Stern
Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
·
V.Hees
Intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
Intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
·
K.Buhler
Intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
·
David
Wechsler
Intelegensi adalah kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
Intelegensi adalah kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya.
·
Hurlock
Intelegensi adalah kemampuan untuk menangkap sifat, arti atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.
Intelegensi adalah kemampuan untuk menangkap sifat, arti atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.
·
Terman
Intelegensi adalah suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
Intelegensi adalah suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
·
Binet
Intelegensi adalah mencakup 4 hal mengenai pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
Intelegensi adalah mencakup 4 hal mengenai pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
·
Super
dan Cites
Intelegensi adalah sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks untuk ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Intelegensi adalah sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks untuk ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
·
Garrett
Intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
Intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
·
Bischor
Intelegensi adalah kemampuan untuk kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.
Intelegensi adalah kemampuan untuk kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah.
·
Haidentich
Intelegensi adalah segala sesuatu yang menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.
Intelegensi adalah segala sesuatu yang menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.
·
Jean
Piaget
Intelegensi diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
Intelegensi diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
·
Bobbi
Deporter dan Mike
Intelegensi adalah semua kecerdasanyang tinggi termasuk intuisi ada dalam otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik.
Intelegensi adalah semua kecerdasanyang tinggi termasuk intuisi ada dalam otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik.
·
Munandar
V.
Intelegensi adalah segala aspek yang meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan serta integritas intelektual secara umum.
Intelegensi adalah segala aspek yang meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan serta integritas intelektual secara umum.
·
Semiawan
C.
Intelegensi adalah kemampuan menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal.
Intelegensi adalah kemampuan menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal.
·
Sukardi
Intelegensi adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen.
Intelegensi adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
intelegensi, yaitu :
·
Faktor
Bawaan
merupakan faktor utama dan faktor terpenting dalam menentukan intelegensi. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
merupakan faktor utama dan faktor terpenting dalam menentukan intelegensi. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
·
Faktor
kematangan
menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi faktor internal. Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi faktor internal. Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
·
Faktor
Pembentukan
yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor lingkungan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor lingkungan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
·
Faktor Minat dan Pembawaan Minat yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
·
Faktor
Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dijelaskan lebih lanjut semua faktor tersebut
bersangkut paut satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi seorang anak tidak
dapat hanya berpedoman pada salah satu faktor tersebut diatas karena
intelegensi merupakan hal yang menyeluruh. Keseluruhan pribadi dan lingkungannya
ikut menentukan perbuatan seseorang.
B.
TEORI-TEORI
INTELEGENSI
1. Teori
Daya (Faculty Theories)
Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh Thorndike. Menurut Thorndike bahwa dalam otak manusia terdapat daya-daya jiwa khusus. Teori ini menyebutkan bahwa “intelegensi adalah integresi daya-daya jiwa yang khusus “. Oleh karena itu, pengukuran integensi dilakukan dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus, misalnya : daya mengamati, daya memproduksi, daya berpikir, daya ingatan, daya fantasi, deskriminasi dan daya penalaran. Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang tertua. Masing-masing daya pada jiwa manusia terpisah antara satu dengan yang lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih dengan materi yang sulit. Berdasarkan teori ini maka timbullah teori disiplin mental dalam bidang pendidikan.
Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh Thorndike. Menurut Thorndike bahwa dalam otak manusia terdapat daya-daya jiwa khusus. Teori ini menyebutkan bahwa “intelegensi adalah integresi daya-daya jiwa yang khusus “. Oleh karena itu, pengukuran integensi dilakukan dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus, misalnya : daya mengamati, daya memproduksi, daya berpikir, daya ingatan, daya fantasi, deskriminasi dan daya penalaran. Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang tertua. Masing-masing daya pada jiwa manusia terpisah antara satu dengan yang lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih dengan materi yang sulit. Berdasarkan teori ini maka timbullah teori disiplin mental dalam bidang pendidikan.
2. Teori
Pragmatis
Teori ini dikemukakan oleh Boring. Ia mengatakan
bahwa “Intelegensi adalah hal yang diuji oleh tes intelegensi”.
3. Teori Faktor
a. Two
factor theories
Teori ini dikembangkan oleh Sperman, dengan menyelidiki dan mencari sifat hakekat inteligensi mempergunakan teknik analisis faktor, yang mengatakan bahwa kecakapan intelektual mnusia dimungkinkan karena adanya dua faktor yaitu :
Teori ini dikembangkan oleh Sperman, dengan menyelidiki dan mencari sifat hakekat inteligensi mempergunakan teknik analisis faktor, yang mengatakan bahwa kecakapan intelektual mnusia dimungkinkan karena adanya dua faktor yaitu :
·
Faktor
“G” ( faktor general )
Terdapat
pada semua individu tetapi berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mencakup
semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai
derajat tertentu.
Karakteristik :
a. Kemampuan umum yang dibawa sejak lahir
b. Bersifat konstan
c. Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu
d. Jumlah faktor G tiap individu berbeda
e. Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang maka makin besar kemungkinan kesuksesan hidupnya.
Karakteristik :
a. Kemampuan umum yang dibawa sejak lahir
b. Bersifat konstan
c. Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu
d. Jumlah faktor G tiap individu berbeda
e. Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri seseorang maka makin besar kemungkinan kesuksesan hidupnya.
·
Faktor “S” (Special Factor)
merupakan faktor yang bersifat khusus yaitu mengenai bidang-bidang tertentu.
Karakteristik :
a. Dipelajari dan di peroleh dari lingkungan
b. Bervariasi dari kegiatan yang satu dengan lainnya dari individu yang sama
c. Jumlah muatan S pada tiap-tiap individu berbeda
merupakan faktor yang bersifat khusus yaitu mengenai bidang-bidang tertentu.
Karakteristik :
a. Dipelajari dan di peroleh dari lingkungan
b. Bervariasi dari kegiatan yang satu dengan lainnya dari individu yang sama
c. Jumlah muatan S pada tiap-tiap individu berbeda
Faktor “g” dan “s” tersebut,
bekerja sama menjadi satu kesatuan. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap
situasi sangat bergantung pada kemampuan umum (faktor “g”) maupun kemampuan
khusus ( faktor “s”), yang memberi sumbangan pada setiap tingkah laku yang
inteligen. Pada tingkah laku yang berbeda berfungsi faktor “g” yang ditambah faktor “s” yang khusus untuk
tingkah laku yang bersangkutan.
Ternyata, faktor “g” berkaitan dengan herediter, sedangkan faktor “s” dopengaruhi oleh lingkungan (pengalaman dan pendidikan ).
Ternyata, faktor “g” berkaitan dengan herediter, sedangkan faktor “s” dopengaruhi oleh lingkungan (pengalaman dan pendidikan ).
b. Multiple
factor theories
Teori ini dekembangkan oleh Thorndike, yang menyatakn bahwa “ Inteligensi ada pertalian aktual potensial yang khusus antara stimulus dan respons”.
Teori ini dekembangkan oleh Thorndike, yang menyatakn bahwa “ Inteligensi ada pertalian aktual potensial yang khusus antara stimulus dan respons”.
Ada
4 atribut inteligensi, yaitu : tingkatan, rentang, daerah, dan kecepatan.
Multiple Intelligences
Teori
tentang multiple intelligences ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard
Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa
inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan
abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general ”g”
intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental
yang timbul selama aktifitas intelektual
dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan
beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan
meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard
tersebut tidak terlalu terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan
menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.
Inteligensi,
menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi
budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi.
Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau
kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa
individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani,
penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam
penjelasannya.
Kecerdasan
menurut nya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan
untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada
konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan
tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Teori
Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang
berbeda :
1. Studi
terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke,
yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran
spasial dan bahasa.
2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.
3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.
4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif
5. Penemuan-penemuan psikometris.
6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.
7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.
8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.
2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.
3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.
4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif
5. Penemuan-penemuan psikometris.
6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.
7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.
8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.
Gardner
menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan
konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Multiple intelligences
menurut Gardner, meliputi :
Kecerdasan
spasial
Kecerdasan
merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi
visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali
gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung
sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran
tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu
yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola
yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan,
gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan
hidup sehari-hari.
Kecerdasan
bahasa
Kecerdasan
merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau
bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik
dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan
tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang
digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka
lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini
merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
Kecerdasan
logis matematis.
Kecerdasan
tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan
angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah
kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk
membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini
diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan,
insinyur danilmuwan.
Kecerdasan
jasmani kinestetik.
Kemampuan
untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih,
merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung
mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang
baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan
tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya,
mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat
terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
Kecerdasan
musikal.
Kememungkinkan
individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh
suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan
timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten
pada musik instrumentalia dan akustik.
Kecerdasan
interpersonal,
Kecerdasan
interpersonal merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di
luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai
fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka
melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam
mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga
kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan
non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
Kecerdasan
intrapersonal,
Kecerdasan
intrapersonal tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk
mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan
sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut.
Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang
akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik
dalam hidup mereka.
c. Primary Mental
Ability Theory
Teori ini dikembangkan oleh Thurson, yang mengatakan
bahwa “ inteligensi tidak terdiri dari dua faktor maupun multi faktor, tetapi
terdiri dari sejumlah kecakapan-kecakapan mental yang primer. Faktor primer
dari inteligensi yaitu kemampuan:
·
Berbahasa (verbal
comprehension).
·
Mengingat (Memory)
·
Berpikir Logis (Reasoning)
·
Pemahaman Ruang (Spatial Faboo
·
Bilangan (Numerical Ability)
·
Menggunakan kata-kata (Worecl Fluency)
·
Mengamati dengan cepat dan cermat (Perceptual Speed)
d. Teori Struktur Intelek ( structure of intelect
model )
Teori ini dikembangkan oleh Guiford, yang mengatakan
bahwa “ Inteligensi memiliki tiga dimensi, yng masing-masing terdiri dari
kecakapan intelek, yaitu: operasi, isi dan produk.
a)
Dimensi isi
atau materikegiatan intelektual ( figural, simbolik, semantik, dan behavioral).
b)
Dimensi
operasi atu tindakan ( kognitif, memori, berfikir divargen, berpikir konvergen,
dan evaluasi).
c)
Dimensi
produk ( satuan, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi).
e. Teori Hierarkis
Teori ini dikembangkan oleh Vernon, yang memandukan
faktor umum “g” dan faktor spesifik “s” dan faktor “c” yang terletak antara
faktor “g” dan “s”. Vernon berusaha menggambarkan skema orgnisasi faktor-faktor
kecakapan intelek dan memberi gambaran secara hierarkis hubungan antara faktor
intelek yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
C. PROSES BERKEMBANGNYA INTELIGENSI
Jean Piaget
merupakan salah satu orang yang menyumbangkan tenaganya dalam menguraikan
psikologi perkembangan. Melalui teori-teori psikologi perkembangan, Jean Piaget
memberikan pembahasan perkembangan tidak lepas dari perkembangan intelegensi.
Menurutnya, perkembangan pengetahuan ialah terutama
perkembangan intelegensi.
Kemampuan
intelegensi ada hubungannya dengan ketiga fungsi rasio, yang berdasarkan ajaran
Aristoteles (384-322 M) dibedakan dalam filsafat skolastik, yakni pemahaman,
putusan, dan pemikiran. Dapat dikatakan, bahwa intelegensi dalam artinya
menurut Jean Piaget ada hubungannya dengan fungsi-fungsi pengetahuan.
Intelegensi tidak
akan dapat didefinisikan lepas dari perkembangannya, karena intelegensi itu
meliputi proses mencari adaptasi yang seimbang. Proses adaptasi mencari suatu
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Tetapi harus disambungkan juga,
bahwa keseimbangan tersebut harus distrukturasikan, atau lebih sederhana, atau
secara lebih kompleks dan berfariasi, atau malah secara bertingkat-tingkat.
Proses
adaptasi di sini harus dilihat dari pihak organisme dan pihak alam sekitar,
yang kedua-duanya berperan dalam proses adaptasi tersebut. Melalui asimilasi
dan akomidasi mkhluk-makhluk hidup mencari adaptasi yang betul-betul selaras
dan seimbang. Tetapi menurut Jean Piaget itu lebih tepat berarti, bahwa
adaptasi yang hanya mungkin melalui asimilasi dan akomodasi, terus-menerus
mencari suatu keseimbangan antara keduanya dan dengan demikian antara organisme
hidup dan alam sekitarnya.
Selanjutnya,
Intelegensi hanya dapat diketahui dengan mengikuti seluruh perkembangan hidup
pengetahuan sejak lahir sampai tercapainya keseimbangan (equilibrium)
yang dewasa. Hanya dengan demikian akan dapat dilihat, bagaimana keseimbangan
itu dicapai selangkah demi selangkah melalui tahap-tahapan.
Berikut merupakan tahapan
perkembangan intelegensi menurut jean Piaget :
Tahap
pertama (1 bulan) refleks-refleks bertambah-tambah dimantapkan dan
didiferensiasi.
Tahap yang kedua (1-4 bulan)
reaksi-reaksi melingkar yang primer mulai nampak serta dikembangkan menjadi
usahausaha untuk memepertahankan gejala-gejala baru yang dihayati serta terasa
berguna dan kebiasaan-kebiasaan motoris yang pertama.
Tahap yang ketiga (4-8 bulan)
reaksi-reaksi melingkar yang sekunder muncul dan usaha-usaha untuk
mempertahankan gejala-gejala yang menarik untuk dilihat, didengar, diraba, dan
lain-lain.
Tahap yang keempat (8-12 bulan) si
anak mulai menyingkirkan obyek-obyek penghalang, menentukan hubungan
sarana-sarana dan memeriksa obyek-obyek dan gejala-gejala baru, untuk mengerti,
bagaimana obyek atau gejala itu membiarkan dirinya diperlakukan.
Tahap yang kelima (12-18 bulan)
melalui reaksi-reaksi melingkar yang tersier pertama-tama dikembangkanlah apa
yang disebut percobaan-percobaan untuk melihat gejala mana akan timbul dan
bagaimana, lalu usaha-usaha untuk menemukan sarana-sarana baru melalui
percobaan yang diadakan secara aktif, yang akhirnya mengembangkan jenis
kelakuan yang betul-betul diberi petunjuk memakai suatu alat. Pada tahap ini,
si anak mencapai puncak perkembangan intelegensi sensori-motor.
Tahap yang keenam (18 bulan - 2
tahun) si anak mulai mempergunakan penghadiran batiniah dan proses simbolisasi,
yang menaikkannya kepada tingkatan intelegensi representatif. Atas tingkatan
intelegensi represntatif perkembangan strukturasi intelegensi diterangkan oleh
diadakannya proses abstraksi, yakni atau proses abstraksi sederhana atau
aristotelian, atau proses abstraksi refleksif. Proses abstraksi sederhana atau
aristotelian berarti bahwa perbuatan-perbuatan kognitif subyek diarahkan kepada
sifat-sifat obyek yang dipelajari dan informasi yang diperoleh digali dari
obyek sebagai sumbernya. Proses abstraksi refleksif berarti, bahwa
perbuatan-perbuatan kognitif itu sendiri adalah yang diperhatikan dan melalui
interiorisasi, koordinasi, generalisasi dan integrasi diolah menjadi
operasi-operasi yang terstrukturasi oleh pengemudian diri dari dalam. Baru
pengertian formal, yakni pengertian dan pengolahan logis-matematis yang
dihasilkan oleh abstraksi reflekif tersebut nantinya akan merealisasikan secara
menyeluruh sifat-sifat intelegensi.
Tahap yang ketujuh (2-4 tahun) pada
tahap pra operasional si anak pertama-tama melalui tahap pemikiran simbolis dan
prakonseptual. Jenis kelakuan disini yang ditemukan ialah peniruan tertunda,
permainan simbolis dan menggambar. Perlu diperhatikan, bahwa anak mulai belajar
berbahasa.
Tahap yang kedelapan (4-7 tahun) si
anak sampai kepada pemikiran intuitif. Meskipun reaksi anak masih amat terikat
kepada pengamatan inderawi yang aktual, namun pemikiran mereka mulai terarah
kepada pemikiran logis tertentu meski masih sederhana. Selanjutnya si anak juga
sudah berada pada tahap pemikiran operasional.
Tahap kesembilan (7-11 tahun) si
anak berada pada tingkatan intelegensi operasional dalam suatu tahap yang
pertama operasi-operasi yang masih konkret dikembangkan, yaitu operasi-operasi
yang masih diadakan dalampenerapan langsung kepada obyek-obyek konkret. Baru
pada tahap perkembangan yang terakhir (11-15 tahun) operasi-operasi menjadi
betul-betul formal dalam arti yang murni.
D. KLASIFIKASI INTELEGENSI
Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi
inteligensi (IQ) manusia dalam rentangan skala yang
dimulai dari 0 (nol) sampai dengan 200, di mana bilangan 100 merupakan titik tengah
dinyatakan untuk kelompok average (rata-rata). Menurutnya kalau semua orang di dunia
diukur inteIigensinya, maka akan terdapat orang-orang yang sangat pandai sama banyaknya
dengan orang-orang yang sangat bodoh. Bila test inteligensi yang telah
dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat
(populasi) termasuk antara IQ 90 - 100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85 dan
115. Diperkirakan
ada sekitar 95 % mempunyai IQ antara 130 dan 70.
Perhatikan tabel berikut
ini :
Diatas 140
|
Genius
|
130 – 140
|
Sangat Superior (Gifted)
|
120 – 130
|
Superior (Rapid Learniing)
|
110 – 120
|
Cerdas ( diatas rata-rata)
|
90 – 110
|
Normal (Average)
|
80 – 90
|
Dull Normal (kurang Cerdas)
|
70 – 80
|
Borderline (Slow Learning)
|
50 – 70
|
Debil (Educable)
|
25 – 50
|
Imbisil (Trainable)
|
Di bawah 25
|
Idiot (Dependent)
|
Berdasarkan Klasifikasi inteligensi di atas tadi kita dapat mengetahui
inteligensi (IQ) seseorang dengan melalui tes, yang disebut dengan tes
inteligensi. Tes inteligensi ini banyak jenisnya yang dikembangkan oleh
para ahli psikologi. Di antaranya :
Wechsler mengembangkan tes inteligensi individual seperti.
· Wechsler
Bellevue Intelligence Scale (WIBS)
· Wechsler
Intelligence Scale For Children (WISC)
·
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
· Wechsler
Preschool And Primary Scale Of Intelligence (WPPSI)
Rumus untuk
menentukan inteligensi (kecerdasan) seseorang sebagai berikut.
Keterangan :
IQ (Intelligence Quotien) =
Inteligensi (kecerdasan)
MA (Mental Age) =
Umur mental
CA (Cranological Age) =
Umur kalender
100 =
Bilangan tetap
MA diperoleh dari skor tes inteligensi.
CA ditentukan
berdasarkan bulan dan tahun individu seseorang itu dilahirkan. Tes inteligensi ini biasanya dilakukan oleh para ahli
spikologi yang disebut dengan psikolog atau
oleh konselor yaitu guru yang bertugas disekolah-sekolah dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada
murid-murid atau siswa.
Seandainya kita sebagai guru menghadapi murid yang menghadapi kesulitan
dalam belajarnya yang sangat berat dibandingkan dengan
teman-teman yang lainnya, lalu kita ingin mengetahui penyebab
kesulitan yang dialaminya itu apakah faktor intern atau ekstern, faktor
intern kemungkinan disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, lalu jauh atau tidak ada
psikolog (konselor) kita sebagai guru bisa me lakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan
murid kita dengan cara yang sederhana yang menggunakan rumus seperti X 100,
hanya untuk menentukan usia mental atau MA dilakukan dengan cara sederhana yang
berpedoman pada pembelajaran yang disusun berdasarkan rencana pembelajaran bagi
tiap-tiap tingkat umur normal atas dasar pembelajaran tingkat kelas itu sebagai
berikut. Untuk umur 7 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas I
Untuk umur 8 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 2
Untuk umur 9 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 3
Untuk umur 10 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 4
Untuk umur 11 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 5
Untuk umur 12 th. dengan pelajaran kecerdasan kelas 6
Dengan pedoman kasar ini telah dapat memulai dengan pekerjaan kita
untuk menetapkan anak
mana yang tergolong anak kesulitan belajar, yang perlu mendapat pendidikan
setara individual (perorangan). Satu-satunya
usaha kita untuk menolong anak yang kurang maju atau anak kesulitan belajar itu ialah dengan melaksanakan penyajian
bahan pelajaran setara individual.
Sistim individual itu dapat menolong anak, karena merupakan suatu bimbingan yang
dapat disesuaikan dengan perkembangan kemampuan tiap anak.
Untuk
mendapatkan gambaran apakah seseorang anak dapat digolongkan kedalam golongan
anak kesulitan belajar, sasaran kita adalah sebagai berikut :
·
Kita terimalah, bahwa rencana pelajaran SD itu adalah
rencana pelajaran yang telah diusahakan
disusun, telah disesuaikan dengan perkembangan kemampuan anak
normal. Anak normal dengan (rata-rata) umur 7
tahun telah dianggap matang untuk
menerima pelajaran pada kelas permulaan (kelas satu) SD. Hal itu telah
dibuktikan oleh penialain naik kelas, bahwa anak normal (rata-rata) umur 7
tahun dalam perkembangannya selama satu tahun benar-benar menunjukkan dapat
menguasai pelajaran kelasa satu samapi akhir pelajaran.
·
Anak yang dapat mengikuti rencana
pelajaran adalah anak yang termasuk klasifikasi anak normal, yang dianggap
memiliki kemampuan atau kepandaian lebih kurang 100% menurut rumus 8/8 X 100
dengan menunjukkan IQ 100. Angka 8 atas menunjukkan umur kecerdasan, bahwa anak
selama satu tahun dapat menguasai palajaran kelas satu sesuai dengan rencana
pelajaran. Angka 8 bawah menunjukkan umur kalender anak itu setelah satu tahun
mengikuti pelajaran kelas satu.
·
Anak yang tidak naik kelas kita
anggap untuk sementara anak yang mempunyai perkembangan kemampuan
dibawah normal, yang dianggap sementara,
sebab belum kita uji benar-benar kecerdasannya. Ada kemungkinan anak tidak
dapat mengikuti pelajaran iti, karena ada hal-hal atau pengaruh lain, padahal
inteligensinya normal. Misalnya anak itu tidak pernah belajar dirumah, karena
tidak ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua/ keluarganya, sehinggan
waktunya itu dipergunakan untuk bermain-main saja.
·
Setelah kita uji dengan
pertanyaan-pertanyaan dan percobaan-percobaan yang memerlukan kecerdasan, maka
barulah kita dapat menentukkan normal tidaknya anak itu. Dalam memberikan
pengujian (tes) hendaknya diusahakan situasi yang wajar, situasi yang akrab
antara penguji dengan anak peserta tes. Begittu pula kesehatan anak harus
berada dalam kondisi yang baik.
·
Bagi anak umur 8 tahun (umur
setelah setahun di sekolah) yang tidak naik kelas( kelas satu) belum dapat kita
buat perumusan 7/8 X 100, sebab belum tentu anak itu memiliki perkembangan umur
kecerdasan anak usia 7 tahun. Barangkali umur kecerdasan dibawah umur 7 tahun.
Misalnya anak yang telah dapat menghitung samapai 20
serta dapat menjawab 3+2=5, yang merupakan hafalan saja, belum tentu dapat
menjawab pertanyaan kecerdasan 3+…=5 ; …+2=5 ; …+…=5 , dsb. Maka untuk
menetapkannya perlu dites dahulu terutama kecerdasannya. Selain dengan
berhitung, dapat pula tes itu dilakukan dengan bahasa, seperti menjawab
pertanyaan-pertanyaan :
Untuk apa mata,
Untuk apa telinga,
Untuk apa mulut, tangan, kaki dsb.
Dapat juga kita suruh anak itu membedakan benda-benda mana yang lebih
tinggi, lebih
besar, lebih banyak dsb. Juga dengan menyatukan kembali gambar-gambar yang telah dipotong-potong menjadi beberapa bagian.
Disamping itu dapat pula diperhatikan kecakapan lainnya dan tingkah
lakunya. Walaupun agak sukar untuk menentukannya, dapat juga kita
membandingkan anak itu dengan anak normal pada umur tertentu. Misalnya anak
yang berumur 10 tahun dapat
kita bedakan tingkah lakunya dengan anak yang berumur 7 tahun, yang keduaduanya termasuk anak normal.
·
Anak umur 10 tahun dengan melalui tes menunjukkan
perkembangan umur kecerdasan 8 tahun, maka dengan perumusan 8 / 10 X 100 = I. Q. 80
anak tersebut telah termasuk kedalam klasifikasi anak kesulitan belajar kelompok debil
(!that klasifikasi menurut Binet
Simon ).
·
Anak yang telah berumur 14 tahun setelah melalui tes
menunjukkan umur kecerdasan 7 tahun; maka perumusannya 7 / 14 X 100 = I. Q. 50, yang
menunjukkan anak tersebut termasuk klasifikasi kelompok imbesil.
Dengan
demikian kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu atau
seseorang berbedabeda tingkatannya, seperti yang tercantum dalam
klasifikasi inteligensi di atas tadi. Setiap tingkatan
inteligensi yang dimiliki individu itu menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri
berbeda-beda, contohnya :
1). Tingkat inteligensi di atas 120 yang disebut anak cerdas dan
berbakat, ciri-cirinya sebagai
berikut:
v Membaca
pada usia lebih muda
v
Membaca lebih cepat dan lebih banyak
v Memiliki
perbendaharaan kata yang I uas
v
Mempunyai rasa ingin tabu yang kuap
v
Mempunyai minat yang I uas, juga terhadap masalah
"dewasa"
v
Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
v Menunjukkan
keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
v
Memberi jawaban-jawaban yang baik
v
Dapat memberikan banyak gagasan
v
Luwes dalam berfikir
v Terbuka
terhadap stimulasi dari lingkungan
v
Mempunyai pengamatan yang tajam
v Dapat
berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
v Berfikir
kritis, juga terhadap diri sendiri
v Senang
mencoba hal — hal baru
v Mempunyai
daya abstraksi, konseptualisasi dan sintesis yang tinggi.
v
Senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
v
Cepat menangkap hubungan sebab akibat
v Berperilaku terarah
kepada tujuan
v Mempunyai daya imajinasi
yang kuat
v Mempunyai
banyak kegemaran (hobi)
v Mempunyai
daya ingat yang kuat
v Tidak
cepat puas dengan prestasinya
v Peka
(sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
v Menginginkan
kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
2). Tingkat Inteligensi dibawah rata-rata seperti yang disebut dengan
Slow Leaner dan terbelakang mental.
Ciri-ciri slow learner dan tingkat kecerdasannya atau IQ nya antara 80 – 90
lambat merespon stimulus dari lingkungan dalam berbagai aspek, beraktivitas
dalam berbagai kegiatan juga lambat. Sedangkan tingkat inteligensi di bawah 80
digolongkan kepada keterbelakangan mental atau disebut dengan tuna grahita.
Tuna grahita terdiri dari 3 jenis, yaitu :
(a)
Tuna grahita ringan atau debil dengan ciri-ciri fisik
tidak ada perbedaan dengan anak normal, masih bisa dididik sampai pelajaran
kelas 5 s/d kelas 6 sekolah dasar. Bisa bergaul dengan anak-anak lainnya, mampu
berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam pembelajarannya cenderung secara individu.
(b)
Tuna grahita sedang yang disebut dengan imbisil dengan
ciri-ciri : kemampuan untuk dilatih khususnya dilatih keterampilan yang sangat
sederhana atau keterampilan merawat dirinya sendiri susah harus selalu
diingatkan. Keadaan fisiknya berbeda dengan keadaan fisik anak normal, terutama
keadaan wajahnya, semua anak imbisil wajahnya seperti mirip yang disebut kembar
dunia. Penyesuaian diri dengan situasi sederhana, komunikasi dengan bahasa yang
sangat sederhana.
(c)
Tuna grahita berat atau idiot disebut juga dengan
istialah anak tak mampu rawat. Anak idiot mempunyai inteligensi yang sangat
rendah. Anak idiot mempunyai limit perkembangan mental tidak lebih dari anak
umur 3 tahun. Walaupun anak idiot itu dimasukkan kedalam klasifikasi kesulitan
belajar, sebenarnya golongan ini tidak mungkin dilibatkan dalam suatu tes
inteligensi. Hanya untuk kepentingan administratif lah kategori ini diadakan.
Dilihat dari sudut inteligensi, anak idiot menunjukkan tidak mempunyai
kemampuan untuk menerima kesan-kesan, pelajaran atau latihan-latihan
bagaimanapun juga sederhananya. Mereka mempunyai kemampuan untuk mengerti apa
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.
Mereka tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Bahasa yang demikian penting dalam berkomunikasi pun tidak mampu mereka
kuasai. Mereka hanya dapat mengucapkan suara-suara yang tidak jelas
artikulasinya. Adapaun pada anak idiot ringan mereka mampu membunyikan beberapa
suku kata atau kata sederhana sekali tetapi kurang jelas, maka hal itu tidak
mungkin menjadi sebuah kalimat walaupun sangat sederhana. Jika ada anak idiot
yang tidak mampu mengucapkan kata sederhana seolah dia bisu, bukan berarti alat
suara anak itu rusak ,melainkan kemampuan berbicaranya yang tidak ada.
Anak idiot selalu menggantungkan hidupnya kepada lingkungan atau
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu mereka sangat memerlukan
perawatan dan pengawasan untuk selama hidupnya.Anak itu tidak akan mampu
memelihara atau menolong dirinya sendiri. Begitu pula untuk mempertahankan atau
mengelakkan dirinya dari bahaya yang mungkin akan menimpanya, mereka tidak akan mampu
berbuat apa-apa. Tanpa adanya perawatan dan pengawasan mereka tidak mungkin
dapat hidup lebih lama. Mandi harus dimandikan, mengenakan baju harus selalu
ditolongdan makanpun harus dibantu. Pertolongan ini diperlukan sampai ia menjadi
tua.
Walaupun kita ketahui, bahwa kemampuan belajar anak idiot itu sangat terbatas,
namun sebagai pendidik yang memiliki rasa tanggung jawab kita berusaha agar
anak itu minimal dapat mencapai kepandaian yang dibutuhkan untuk hidupnya.
Ketekunan, kesabaran yang disertai kasih sayang untuk melatih anak itu sampai
akhir hayatnya, merupakan syarat yang harus ada pada pendidik yang akan
menghadapi anak-anak jenis ini.
Andaikata usaha kita itu
berakhir dengan tidak memberi hasil sedikitpun, hendaknya kita tetap merasa puas, karena kita telah berusaha sesuia
denga tugas dan kewajiban yang
dibebankan kepada pundak kita sebagai pendidik. Mereka tidak dapat mencapai
kecakapan yang sederhana itu, bukanlah berarti kita Ialai atau kurang berusaha untuk membimbingnya,
melainkan batas kemampuan mereka
memang hanya terbatas sampai disitu.
No comments:
Post a Comment