Friday 20 January 2012

MANAJEMEN PUSKESMAS


A.           Kepala Puskesmas

Dalam organisasi dan tata kerja, sebuah Puskesmas dipimpin oleh kepala Puskesmas yang mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Selain itu kepala Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen kesehatan kabupaten/kotamadya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Puskesmas bertanggung-jawab memimpin, mengkoordinasi semua unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Kegiatan managemen Puskesmas yang dilaksanakan oleh kepala Puskesmas meliputi tiga fungsi manajemen Puskesmas yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, dan Pengawasan dan Pertanggungjawaban.

B.            Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan atas dua macam yakni rencana tahunan upaya kesehatan wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.
1).      Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap Puskesmas, yakni Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Langkah-langkah peperencanaan yang harus dilakukan Puskesmas adalah sebagai berikut :
a.       Menyusun usulan kegiatan
Langkah pertama adalah menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan Puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan mengikutsertakan BPP (Badan Penyantun Puskesmas) serta dikoordinasikan dengan camat
b.      Mengajukan usulan kegiatan
Langkah kedua adalah mengajukan usulan kegiatan ke dinas kesehatan kabupaten/ kota untuk persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana dan prasarana dan operasional Puskesmas beserta pembiayaannya.
c.       Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
2).      Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya Puskesmas. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.       Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila Pusksmas memiliki kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan. Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan mengikutsertakan Badan Penyantun Puskesmas. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih dari satu. Disamping itu identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri seuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan Puskesmas.
b.      Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks. Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk musyawarah masyarakat. Penyusunan pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib.
c.       Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke Dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke BPP atau pihak-pihak lain. Apabila diajukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.
d.      Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib.

Friday 13 January 2012

ASMA BRONKIAL

1.      Pengartian
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.
( Huddak & Gallo, 1997 )
       Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
      ( Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)

2.      Penyebab
a.       Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
-         Reaksi antigen-antibodi
-         Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b.       Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
-         Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
-         Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
-         Iritan : kimia
-         Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
-         Emosional : takut, cemas dan tegang
-         Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2001 : 7)

 

3.      TANDA DAN GEJALA

1.       Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f.  BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a.       Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.      Whezing
c.       Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.      Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a.       Batuk, ronchi
b.       Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c.       Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.      Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.       Thorak seperti barel chest
f.        Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.       Sianosis
h.       BGA Pa O2 kurang dari 80%
i.         Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j.         Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
 (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)


4.      Tanda dan gejala
            Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
            Batuk produktif, sering pada malam hari
            Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
             
5.      Pemeriksaan penunjang
            Spirometri
            Uji provokasi bronkus
            Pemeriksaan sputum
            Pemeriksaan cosinofit total
            Uji kulit
            Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
            Foto dada
            Analisis gas darah

6.      Pengkajian
a.       Awitan distres pernafasan tiba-tiba
       -  Perpanjangan ekspirasi mengi
       -  Penggunaan otot-otot aksesori             
       -  Perpendekan periode inpirasi
       -  Sesak nafas
 -  Restraksi interkostral dan esternal   
 -  Krekels
b.      Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar
c.       Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan
d.      Diaforesis
e.       Distensi vera leher
f.       Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku
g.      Batuk keras, kering : batuk produktif sulit
h.      Perubahan tingkat kesadaran
i.        Hipokria
j.        Hipotensi
k.      Pulsus paradoksus > 10 mm
l.        Dehidrasi
m.    Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

7.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
                        Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan
                        Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
                        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
                        Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi
                         
8.      Intervensi Keperawatan
            DP       : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
KH      : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas
              - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
                 mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi
Ø  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki
Ø  Kaji/pantau frekuensi pernafasan
Ø  Catat adanya/derajat diespnea  mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu
Ø  Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Ø  Pertahankan polusi lingkungan minimum
Ø  Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
Ø  Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah
Ø  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan
Ø  Berikan obat sesuai indikasi
Ø  Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

            DP       :  Kerusakan pertukaran gas
Tujuan :  Pertukaran gas efektie dan adekuat
KH      :  -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
               -Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi                             
Intervensi
Ø  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
Ø  Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.
Ø  Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.
Ø  Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.
Ø  Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
Ø  Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Ø  Awasi tanda vital dan irama jantung.
Ø  Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
Ø  Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.


C.     DP          : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh
         Tujuan    : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
         Kh          : -   Menunjukan peningkatan BB
                          -   Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.
Intervensi :
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.
Avskultasi bunyi usus.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
Timbang BB sesuai induikasi.
Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

D.     DP          : Kurang  pengetahuan
         Tujuan     : Pengetahuan miningkat
         KH         : -  Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
                           -  Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.
                           -  Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.
         Intervensi:
                        Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga
                        Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan
Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan.
                        Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang terdekat
                        Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.