Friday 6 January 2012

Komunikasi terapeutik

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

           A.    Pengertian Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang komunikasi :
1.   Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide / gagasan ( Oxford Dictionary ).
2.  Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan kepada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku ( Haber, 1987 )
3.  Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, dan komunikasi abstrak ( Champbell dan Glasper, 1995 ).

  
          B .      Prinsip Komunikasi Terapeutik

1.      Mempunyai tujuan yang jelas membantu pasien mencapai kesejahteraan secara mandiri.        Maksudnya, dengan komunikasi pasien bisa mengeksplorasi semua perasaannya dengan perawat secara maksimal, sehingga perawat bisa mengetahui permasalahan pasien secara akurat.

2.      Merupakan tanggung jawab perawat, sehingga dapat tercipta hubungan saling percaya          antara perawat, pasien, dan keluarga.

3.      Merupakan elemen penting dalam praktek keperawatan. Melalui komunikasi yang baik,       akan tergali data yang optimal, sehingga pengalaman yang positif juga akan terbentuk.

4.      Praktek Keperawatan merupakan praktek professional, yang didalamnya ada hubungan        antara perawat dan pasien ( keluarga ) yang membina hubungan profesional dengan menggunakan komunikasi terapeutik ( ada tujuan yang jelas ). Sehingga semua tindakan keperawatan perlu komunikasi. Louise K, dan Brenti, ( 1997 ) mengemukakan tentang komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distres psikologis. Komunikasi terapeutik ditunjukkan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.


            C.    Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Ada tiga factor utama yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu :

1.      Situasi atau suasana
Suasana yang penuh dengan kebisingan akan mempengaruhi baik / tidaknya pesan diterima oleh komunikan, dibandingkan dengan situasi yang tenang atau hening sehingga komunikator dan komunikan dapat saling mengirimkan pesan dengan jelas. Dalam melakukan komunikasi dengan pasien atau keluarga, perawat harus melihat kondisi / keadaan pasien saat itu. Sebaiknya sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.

2.      Waktu yang tepat
Jika waktunya tidak memungkinkan janganlah memaksakan diri untuk melakukan komunikasi karena akan menimbulkan masalah lain yang lebih parah atau bahkan kita akan mendapat marah dari pasien dan keluarga. Sehingga perawat perlu memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada pasien, misalnya sewaktu kita melakukan anamnesa, pada pasien yang mengantuk atau yang lainnya.

3.      Kejelasan pesan
Akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya.
Dengan melihat berbagai uraian diatas, sebenarnya efektif tidaknya suatu komunikasi juga akan dipengaruhi oleh komponen – komponen sbb :
a)      Sender / pengirim / sumber pesan / komunikator
b)      Message / pesan / informasi
c)      Receiver / penerima pesan
d)     Channel / media yang digunakan
e)      Objective / tujuan
Seorang ahli komunikasi ( Laswell ) menganalisa komunikasi dengan
Who say to whom & how.
Who : Siapa yang mengatakan ( pengirim )
What : Apa yang dikatakan ( pesan )
To Whom : Kepada siapa ( penerima )
How : Bagaimana ( media yang digunakan )


          D.    Komunikasi Sesuai Tumbuh Kembang Anak

1.      Berkomunikasi dengan Bayi ( 0 – 1 Tahun )
a.       Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata – kata,           sehingga bahasa nonverbal sering digunakan
b.      Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat               diinterpretasikan oleh orang sekitar

a)      Untuk bayi yang masih muda ( usia < 6 Bulan )
                                                                       i.            Merespon positif terhadap kontak fisik yang lembut
                                                                     ii.            Perilaku menggerak – gerakkan tangan, kaki, menendang yang
merupakan rangsangan untuk memperoleh perhatian ( misalnya bayi ingin diberi sentuhan, didekap, digendong, diajak komunikasi dengan lembut ).

b)      Untuk bayi yang lebih tua ( usia > 6 bulan )
                                                                    i.            Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang belum dikenalnya,              merupakan ciri perilaku yang sering muncul.
                                                                  ii.            Perhatiannya berpusat pada diri dan ibunya
                                                                iii.            Perhatikan saat berkomunikasi dengannya
                              iv.            Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya dan atau mainan yang dipegangnya.

                                                                  v.            Kerjakan dengan lembut
                                                                vi.            Tanpa gerak isyarat
                                                              vii.            Bayi dalam pengawasan orang tua
                                                            viii.            Berikan obyek yang aman

2.      Berkomunikasi dengan Anak Balita ( Batita/usia bermain/toddler & Pra sekolah )
a.       Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih dalam berbicara.
b.      Gunakan kata – kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah.
c.       Beri pujian untuk hal – hal yang dicapai
d.      Sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya ( komunikasi berpusat pada dirinya ).
e.       Sering berperilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis pada saat pemeriksa mendekatinya.
f.       Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah – istilah yang pendek dan konkrit
g.      Kenalkan alat –alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya. Akan tetapi untuk memegangkan alat kepada anak perlu diperhatikan lingkungan dan kondisi anak. ( Kalau perlu alat diperkenalkan saja, karena kalau memegang l angsung, kemungkinan alat akan dibanting oleh anak. Maka perlu diwaspadai kemungkinan tersebut, hal ini lebih spesifik ke anak usia toddler ).
h.      Gunakan obyek yang menyenangkan
i.        Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan tindakan akan dilaksanakan
j.        Beri kesempatan untuk memegang alat khususnya untuk anak prasekolah ( dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan ).
k.      Beri kesempatan untuk bertanya

3.       Berkomunikasi dengan Anak Usia Sekolah
a.       Anak Usia 5 – 8 tahun
a)      Bila menemui masalah hanya percaya terhadap apa yang mereka lihat dan yang mereka ketahui tanpa memerlukan penjelasan secara mendalam.
b)      Anak tertarik pada aspek fungsional dari semua prosedur, objek dan aktivitas, mengapa, bagaimana, untuk apa prosedur tersebut dilakukan.
c)      Melihat hal tersebut, perlu menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan.
d)     Kalau perlu dengan alat yang ada peragakan cara penggunaannya, serta sebutkan fungsi peralatan yang ada.
e)      Anak usia tersebut, sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya, oleh karena itu mereka peka terhadap sesuatu yang mengancam atau menyakitkan tubuhnya, sehingga beri pendekatan yang positif.

b.      Anak Usia 8 – 12 tahun
a)      Anak sudah mampu berfikir secara konkrit, sehingga komunikasi lebih mudah dilakukan, misalnya dengan memberi contoh melakukan injeksi pada boneka.
b)      Hubungan dengan petugas biasanya terjalin baik, sehingga pengalaman masa lalu bisa diandalkan
c)      Berdekatan dengan perawat akan lebih tenang karena sudah mengenal dengan baik.

4.      Berkomunikasi dengan Anak Usia Remaja
a.       Berdiskusi atau curah pendapat sama teman sebaya.
b.       Hindari bbrp pertanyaan yg dpt menimbulkan rasa malu.
c.       jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi dlm bersikap dewasa ).


         E.     Cara Komunikasi Dengan Anak
1.      Melalui orang ketiga
Tidak Bertanya Langsung Kepada anak ( ex. Melalui orang tua anak )

2.      Bercerita 
Pergunakan bahasa yg mudah dimengerti, ( Melihatkan Gambar )
3.      Bilioterapi           
Melalui pemberian buku/majalah anak mengekpresikan perasaan dan aktivitas sesuai cerita dalam buku.
4.      Meminta untuk menyebutkan keinginan
Mengetahui apa keinginan / keluhan anak.
5.      Pro / kontra         
Mengetahui perasaan anak dan pikiran anak (mengajukan pertanyaaan hal positif dan negatif ).
6.      Menulis                 
Bila anak tidak Dapat mengungkapkan perasaan secara verbal.
7.      Menggambar       
Anak akan mengungkapkannya apabila gamabar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.

8.      Bermain  

Sangat efektif dalam membantu berkomunikasi, dapat menjalin hubungan  interpersonal teman dan perawat.

        F.     Tahapan Dalam Komunikasi Dengan Anak

1.      Tahap Prainteraksi
Mengumpulkan data Tentang Klien Dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah  yang ada.

2.      Tahap Perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien,melakukan validasi , mencari kebenaran data yang ada, mengobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan menjelaskan kerahasiaan klien.
3.      Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya , krn akan memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dlm komunikasi, menanyakan keluhan utama.
4.      Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif, tindak lanjut,kontrak, dan mengakhiri wawancara dgn cara yg baik.

   
        G.    FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DENGAN ANAK
1.      Pendidkan
2.      Pengetahuan
3.      Sikap
4.      Usia Tukem
5.      Status kes anak
6.      Sistem sosial
7.      Saluran
8.      Lingkungan.


       H.    Hambatan komunikasi
1.      Faktor yang bersifat teknis
kurangnya penguasaan teknik berkomunikasi , Teknik komunikasi mencakup unsur - unsur yang ada dalam komunikator dalam mengungkapkan pesan, menjadi lambang - lambang , kejelian dalam memilih saluran , dan metode penyampaian pesan.
2.      Faktor yang sifatnya perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikasi yang bersifat :
a.       Pandangan bersifat apriori
b.      Prasangka yang didasarkan atas emosi
c.       Suasana yang otoriter
d.      Ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah
e.        Sifat yang egosentris

3.      Faktor yang bersifat situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi ,
misalnya : situasi ekonomi, sosial, politik,dan keamanan.

No comments:

Post a Comment