A. Pengertian
Berfikir Kritis
Menurut
Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau
strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui
setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada
sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara
efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan
kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala
menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis
juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
Pendapat
senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua
pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang
ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai
kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
Penekanan
kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam
membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat
sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,
pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam
menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan
tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir
yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban
berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives.
Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap
penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan
inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan
atau pengambilan keputusan.
Berpikir
kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir
kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar
yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
B. Karakteristik
Berfikir Kritis
Karakteristik lain yang
berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12
15) secara lengkap dalam buku
Critical Thinking, yaitu:
a. Watak
(dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
(criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
(argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
d. Pertimbangan
atau pemikiran (reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang
(point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur
penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Selanjutnya,
Ennis (1985: 55-56), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang
dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
a). Memberikan
penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan
dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau
pernyataan.
b). Membangun
keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi.
c). Menyimpulkan,
yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi,
meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan
nilai pertimbangan.
d). Memberikan
penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan
definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
e). Mengatur
strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi
dengan orang lain.
C.
Langkah-Langkah atau Tahapan Berfikir Kritis
The Statewide History-social science Assesment Advisory commitee
(Kneedler dalam L. Costa,1985)mengemukakan bah- wa langkah berpikir kritis itu
dapat dikelompokkan menjadi tiga langkah: pengenalan masalah masalah (defining/
clarifying problems), menilai informasi (judging informations) dan memecahkan
masalah atau menarik kesimpulan (solving problems/drawing conclusion).
Lebih rinci lembaga ini pun mengungkapkan bahwa untuk melakukan langkah-langkah itu diperlukan keterampilan-kete-rampilan yang oleh mereka dinamai Twelve Essential critical thinking skills (12 keterampilan essensial dalam berpikir kritis), sebagai berikut:
a.Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
1. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan
3. Memilih informasi yang relevan
4. merumuskan/memformulasi masalah.
b. Menilai informasi yang relevan
5. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar /judgment.
6. Mengecek konsistensi
7. Mengidentifikasi asumsi
8. Mengenali kemungkinan faktor stereotip
9. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat (semantic slanting)
10. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
c. Pemecahan Masalah/ Penari-kan kesimpulan
11. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data
12. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil
Lebih rinci lembaga ini pun mengungkapkan bahwa untuk melakukan langkah-langkah itu diperlukan keterampilan-kete-rampilan yang oleh mereka dinamai Twelve Essential critical thinking skills (12 keterampilan essensial dalam berpikir kritis), sebagai berikut:
a.Mengenali masalah (defining and clarifying problem)
1. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan
3. Memilih informasi yang relevan
4. merumuskan/memformulasi masalah.
b. Menilai informasi yang relevan
5. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar /judgment.
6. Mengecek konsistensi
7. Mengidentifikasi asumsi
8. Mengenali kemungkinan faktor stereotip
9. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat (semantic slanting)
10. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
c. Pemecahan Masalah/ Penari-kan kesimpulan
11. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data
12. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil
D.
Faktor-Faktor Berfikir
Kritis
-
Kemampuan
kognitif yaitu kemampuan mencerna, memamhami,menguraikan, menerapkan,
mengintesis, atau mengevaluasi
-
Sikap
yang terbuka
-
Otonom
yaitu tidak tergantung kepada orang
lain, tidak malas, dan berani mengambil
keputusan
E. Manfaat dan Tujuan Berfikir Kritis
-
Memahami argumentasi-argumentasi dan
keyakinan-keyakinan dosen dan teman temanmu.
-
Mengevaluasi dan menilai argumentasi dan keyakinan
tersebut secara kritis.
-
Membangun dan
mempertahankan argument-argumen Anda yang sudah Anda bangun secara meyakinkan.
-
Akan
membantu kita mengembangkan kemampuan untuk menempatkan diri secara imajinatif
di tempat orang lain dan memahami sudut pandang orang lain
F. Model Berfikir Kritis
Sebelum
melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan
model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir
yang ditemukan di literature.
Costa and Colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
Costa and Colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
-
Remembering (Mengingat)
-
Repeating
(Mengulang)
-
Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
-
Reorganizing (Reorganisasi)
-
Relating (Berhubungan)
-
Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
-
Lima Model berpikir kritis
Meskipun The
Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan.
Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk
mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh
komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa
berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa
perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status
afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan
saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking,
Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan
tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat
dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut.
Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan
perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong,
mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model
yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan
merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang
digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat
sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya
“bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa
yang kamu pikirkan”.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi
dimana berpikir dituangkan.
Total Recall
Total Recall
berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan
fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dkumpulkan dari banyak
sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu
yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien dikumpulkan dari
perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan.
Habits (Kebiasaan)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang
berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang
mereka kerjakan menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu
menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya
mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan
karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini
terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat
sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan
Keterangan)
Inquiry
merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini
dalam situasi social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian
data dan pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti
tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan
pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana
memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika menggunakan inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
6. Menggunakan pertanyaan netral
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika menggunakan inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
6. Menggunakan pertanyaan netral
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.
New Ideas and Creativity
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi
yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa
individu selama hidupnya dan biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry,
model ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif merupakan
kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan
sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif
tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat
bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai
kesalahan yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain.
Knowing How You Think (Mengetahui apa yang
kamu pikirkan)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling
tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang
kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan
cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses
mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.
G.
Komponen-Komponen Berfikir Kritis
-
Pengetahuan
dasar spesifik
-
Pengalaman
-
Sikap
dalam berfikir kritis
-
Standar/karakteristik
berfikir kritis
§
Standar
intelektual
·
Otonom
berpikir
·
Kreatif
·
Terbuka
·
Mengevaluasi
§
Standar
professional
H.
Peran
Berfikir Kritis dalam Keperawatan
-
Memperhatikan
detail secara menyeluruh
-
Identifikasi
kecendrungan dan pola, seperti memetakan informasi, identifikasi kesamaan, dan
ketidaksamaann.
-
Mengulangi
pengambatan untuk memastikan tidak yang terlewatkan
-
Melihat
informasi yang didapat dri berbagai sudut pandang
-
Memilih
solusi-solusi yang lebih disukai secara objektif
-
Mempertimbangkan
dampak dan konsekuensi jangka panjang dari solusi yang dipilih
I.
Aspek-Aspek
Berfikir Kritis
a. Clarity
(Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit
dirinci sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang
lain?”; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”.
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas,
kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila
terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara apapun,
sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan
pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi
jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu.
Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus
dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah
mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal
agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam
kehidupan sehari-hari?”.
b. Accuracy
(keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui
pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?”;
“Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”; “Bagaimana menemukan kebenaran
tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam
penyataan berikut, “Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.
c. Precision
(ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat
mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan
sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?”;
“Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan dapat saja
mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya “Aming sangat berat”
(kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)
d. Relevance
(relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan
berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat diungkap
dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan pernyataan atau
respon dengan pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang
permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak
relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang
harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun
usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut
terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan
kemampuannya.
e. Depth
(kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada
pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan
sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan
terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan
kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal
(kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, “Katakan tidak”. Ungkapan
tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap
obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat,
tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat
ditafsirkan dengan bermacam-macam.
f.Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut
ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah
memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang dirumuskan?;
Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut menurut… Pernyataan
yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan,
relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan
sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya
menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.
f. Logic
(logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun
dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak
lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan
sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir,
kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita
berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan
mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika
berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung
atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis
thank's...... sangat membantu
ReplyDeleteyoupzz
ReplyDeletesama sama
ReplyDeletethank jga udah mampir di blog saya
:)
bisa saya minta contoh soal yang bersifat berpikir kritis??
ReplyDelete